Have you ever searched for words to get you in their heart.. But you don’t know what to say..
And you don’t know where to start.. Have you ever closed your eyes and dreamed that they were there..
And all you can do is wait for that day when they will care..

Saturday, 19 March 2011

Nyanyian Hujan - Chapter 1


Aku berlari menuju halte bus dekat rumahku, melirik selintas jarum jam yang sudah menunjukkan sepuluh menit lewat dari jam tujuh pagi.
“Thank God, I’m on time,” aku melompat ke dalam halte setengah terengah. Sosok malaikat itu berada dalam radius 2 meter, berdiri dengan agungnya. Sebuah gambar sederhana namun entah mengapa seolah tak mampu tersentuh, terjangkau tangan meski hanya sebentuk basa-basi selingan menunggu bus.
Kuamati lagi sosok yang selama 6 bulan terakhir telah mendiami satu sudut hati dan menanam benih yang orang katakan cinta. Ha, lucu juga kalau aku harus menamakannya cinta, since I don’t know anything about this prince charming except always shows up in this bus’ stop about 7 every morning.
Mahasiswa jurusan sipilkah dia? Karena aku sering melihatnya beserta gulungan besar berlapiskan plastik yang dia bawa di punggungnya. Atau seorang karyawan swasta? Karena beberapa kali kulihat ia dengan setelan rapi berdasi. Ah, aku tak tahu siapa gerangan dia. Satu yang kutahu adalah bahwa hatiku telah terampas olehnya sejak pertama bertemu.

* * * * *

“Ah, hujan lagi..,” aku menatap kaca jendela di apartemen baruku. Hari itu genap seminggu aku tinggal sendiri, terpisah jarak 3 jam berkendaraan dengan kedua orang tuaku. Kubuka pintu berandahanya untuk menghirup aroma segar ketika tetesan hujan itu menyentuh bumi. Aku selalu suka hujan, bagiku ia adalah pengantar lagu cinta dari langit yang mendambakan sang bumi. It’s romantic, isn’t it?
Pandanganku teralihkan dari kelamnya langit ke supermarket di seberang jalan, 2 lantai di bawahku. Sebenarnya tak ada yang istimewa ketika aku pertama melihatnya, hanya seorang pemuda biasa menggenggam payung putih bersiap untuk pulang.
Yang menarik perhatianku adalah ketika muncul seorang ibu menggendong bayi dan tanpa pikir panjang pemuda itu menyerahkan payungnya. Oh really, he’s too nice or just a stupid guy, komentarku ketika kulihat dia berdiam di teras supermarket menunggu hujan deras tersebut reda.
Tanpa sadar, satu jam pun berlalu. Dan aku hanya memperhatikan dia..




No comments:

Post a Comment