duhai angin senja yang menari di antara pucuk daun seusai sampaikan nyanyian cinta langit pada bumi, dapatkah kau hantarkan irama gundah ini pada sang Pencipta? kala langkah terhenti di persimpangan, kala hati tak jua berkata ia hendak ke mana, dan alunan detak jarum jam malah semakin membuatku terselubung ragu.
duhai angin yang telah hembuskan tawa riang namun juga mampu selinapkan sendu, bawalah pergi buih harapku pada sang Kuasa. ribuan untai kata bersanding serpihan ragu dan asa yang tak terlantun telah membeku dan membiru, ingin kuterbangkan padaMu, dan hanya sisakanku segenggam pasrah. pasrah akan apa yang kan terjadi.
duhai angin senja yang menyapa rumput dan dedaunan, dapatkah pula kau sapa hatinya? kirimkan satu nyanyian sunyi tentang rasa, tentang sebentuk hati yang mulai dirundung gulana, mencoba mengartikan satu cerita yang tertulis. adakah asa yang terselip, ataukah ia yang salah tafsir? adakah kali ini tawa yang terlahir, ataukah akan kembali getir?
dan kuharap dapat pula kau sampaikan padaNya, bahwa aku mulai takut akan harapku sendiri..
catatan sore hari di bangku taman sehabis hujan
sambil memeluk novel kesayangan dan segelas teh panas
No comments:
Post a Comment