Ada
kalanya aku terdiam dalam dekapan rindangnya pohon tua tepi jalan, menatap satu
titik yang tak pernah melelahkan mata. Kau berdiri di atas rumput hijau itu,
menantang laju derasnya bola yang bersiap mengoyak pertahananmu. Dan senyum tipis
itu pun terlahir, saat bola mendarat dalam pelukan. Ah, mata ini tak pernah
bosan memandangmu. Hati ini tak pernah henti lantunkan pujian atasmu. Dan jiwa
ini ingin sekali milikimu. Ah Tuhan, asa ini tak layak adanya. Bagai serpihan
pasir menatap titik berkilau di kegelapan malam. Tersadar sejauh apapun tangan
terulur, takkan sanggup meraihnya.
No comments:
Post a Comment