hari keempat tanpa Sedna. hmm.. sejujurnya sampai sekarang aku ga bisa ngerti perasaan aku sendiri. ada rasa kehilangan – itu pasti, karena bagaimana pun selama ini Sedna adalah sahabat terbaik aku. tapi rasa kehilangan itu ternyata ga ‘berhasil’ membuat aku nangis bercucuran air mata, mencaci diri sendiri, menyesali kebodohan yang aku lakukan. not even a single tear came from my eyes, I myself surprised about that. aku cuma berpikir, ya udah, semua udah kejadian, mau gimana lagi. aku mau nangis guling-guling pun, I only wasted my energy, he still won’t come back. mungkin sebagian orang bakal menganggap aku pasrah, but I prefer say that I’m realistic.
well, satu hal yang membuat aku terkejut adalah respon diri aku sendiri terhadap kejadian itu. I always thought that I would cry all night if I lost him, tapi ternyata aku mendapati diri aku sendiri masih bisa menjalani hari-hari aku biasa-biasa aja. well, thanks to my lovely mom also. malam itu aku pulang dan langsung cerita sama nyokap, and her respond calmed me more. yah, kata nyokap juga kita masih harus bersyukur hanya barang yang diambil, dan kalo kita ikhlas pasti Tuhan bakal ngeganti dengan yang lebih baik. and after that short conversation about my Sedna, aku ma nyokap ngerjain kebaya lagi sambil ngobrolin hal-hal lain seolah kejadian itu bukan masalah besar. well, mungkin buat hati aku itu juga bukan masalah besar kali ya, since I can handle it calmly. biarpun itu juga ngebuat aku bingung, apa hati aku udah segitu membatunya sampai aku kehilangan pun dia ga lagi bereaksi? atau mungkin dia sudah terbiasa kehilangan sehingga hal seperti itu tak lagi membuatnya terguncang? or maybe my heart finally grow up, can think realistic about life. I don’t know, I myself surprised also how my dramatic heart can face it toughly. also when I decided to move on from one crush feeling. aku ingat, saat aku mulai rungsing dengan hal-hal sederhana, when he messed up my life easily, aku berdoa sebelum tidur. memohon saat aku terbangun esok harinya, rasa – yang ga tau harus aku sebut apa – itu hilang. aku bisa menganggap dia itu sama dengan yang lain, nothing special. toh, dari awal pun aku tahu ga akan ada apa-apa selain ketidakjelasan ini. and then, puff, kemaren saat dia kirim aku message, hati aku ga lagi bereaksi. just like that, just like I got some messages from anybody else. ha, it surprised me, really. you've grown up already, heart. you finally can follow what my mind decided.
four days after I lost my best buddy, one of my best thing, and still not even a single tear come out. mungkin timing kehilangan ini juga tepat, aku sibuk dengan urusan kebaya si ade, kram perut yang berakhir dengan aku ga masuk kantor so nobody will ask where’s my laptop. and two days ago my mom said that she will give me a new Sedna next week - call it as my birthday gift I guess. the only thing that burst my tears is this grateful feeling that I have the caring, the greatest, the loveliest mother.
satu hikmah lagi yang bisa aku ambil dari kehilangan ini adalah mungkin Tuhan menginginkan aku untuk move on. terlalu banyak ikatan dengan masa lalu pada Sedna. mungkin memang waktunya aku benar-benar menutup buku dan membuka buku kehidupan yang baru. membuat cerita baru dengan Sedna yang baru dan membuat masa lalu hanyalah sebuah masa lalu tanpa perlu diungkit kembali. mungkin memang itu yang seharusnya sejak dulu aku lakukan, dan Tuhan mengambil Sedna dari sisi aku sebagai pemicunya.
No comments:
Post a Comment