Ini hari ketiga aku menemani Cakra latihan di
Rendez-Vous untuk acara valentine day.
Om-nya Sena – gitaris dan vokalis kedua band Cakra – jadi manajer coffee shop tersebut, dan Sena terobsesi
ingin membuat suatu live music yang
romantis di hari kasih sayang itu.
Valentine... Cih, aku pribadi bukan cewek romantis yang
dengan mudahnya percaya cinta. kata-kata manis buat aku itu basi. Cowok yang
lihai mengucapkan kata-kata manis langsung jadi kandidat pertama untuk dicoret
dari daftar pujaan hati. Hmm, mungkin gara-gara itu kali ya aku nggak pernah
pensiun dari status single.
“Cianti!” Cakra melambai dari satu meja saat aku
memasuki Rendez-Vous. I love this cafe
since the first time. Tempat yang nyaman untuk melarikan diri setelah
seharian penat dengan mata kuliah atau ujian.
“Hey, Cha..,” aku menghampiri dan terhenti di
depan meja. Seorang pemuda berkacamata tengah duduk di antara lembaran kertas
penuh coretan.
“Oh iya, kamu belum pernah kenalan sama anggota
band-ku selain Sena ya? Kenalin, ini Gema, bassis. Dan yang lagi ngobrol di
deket stage itu Diandra, vokalis
utama.”
Pemuda bernama Gema itu mengangkat wajahnya dan
tersenyum. Dia hanya melambai kecil lalu kembali fokus pada lembaran kertas di
hadapannya.
“Gema ini songwriter-nya
kita lho, Chi. Dia kalo udah asyik dengan kertas-kertas dan gitarnya, nggak
bakalan peduli sama sekitar. Mau kita teriak ampe gila juga, nggak bakalan
ngaruh,” Cakra menepuk bahuku dan memberi sinyal untuk duduk di salah satu
kursi di meja itu.
“Heh, kalo setiap kalian teriak kayak orang gila gue
peduli, tulisan gue nggak akan pernah kelar tahu,” Gema melirik ke arah Cakra. “Udah
gih, mendingan lo sound-check ma
Diandra sana, daripada gangguin gue terus.”
“Iya, bawel. Mau minum apa, Chi?” tanya Cakra.
Aku menatap buku menu selama beberapa saat. Udara
di luar tadi panas sekali, yang pasti aku perlu sesuatu yang dingin dan segar.
Kulirik segelas cairan berwarna kuning cerah di atas meja. “Itu apa, Cha?”
“Itu minumannya Gema. Lemonade Squash.”
“Aku mau pesan itu aja deh, kayaknya segar,”
kataku akhirnya.
“Oke deh. Gem, gue titip Cianti ya. Jangan
diapa-apain lho.”
“Nggak bakalan. Kan kata lo juga kalian
teriak-teriak aja gue nggak bakalan peduli.”
“Yaa... Siapa tahu beda kalau ada cewek cantik. Lo
kan udah kelamaan jomblo, Gem,” Cakra langsung melesat kabur saat Gema berniat
melempar gumpalan kertas-kertas ke arahnya.
“Dia emang kelakuannya kayak gitu ya?” tiba-tiba
Gema menoleh ke arahku, yang hanya bisa kujawab dengan cengiran saja.
Pemuda itu kembali berkutat dengan
kertas-kertasnya, sesekali memetik gitar yang berada di pangkuan. Dih, aku
emang nggak cantik ya, Gema nggak menoleh sama sekali ke arahku, batinku
bercanda.
“Gema! Si Sena udah datang nih! Sound-check bareng-bareng dulu yuk!”
Cakra teriak dari arah stage.
“Hei, bisa titip kertas-kertasku sebentar?” Gema
melirik ke arahku sambil bangkit dari kursinya. Aku mengangguk pelan dan
meletakkan gelas lemonade squash,
lalu berkata, “Eh, keberatan nggak kalau aku lihat-lihat kertas kamu?”
Gema hanya mengangkat bahu dan melambai, kemudian
melangkah tergesa menuju stage.
Kucondongkan tubuhku ke arah meja, ke arah
tumpukan kertas-kertas penuh coretan tangan Gema. Widih, cowok itu jago ulis
not balok juga ternyata, sesuatu yang sempat aku kuasai waktu jaman SD dan SMP
namun kemudian terlupa.
Beberapa kertas sudah terisi oleh barisan kata.
“Hasrat
tertatih ingin temukanmu, kekasih... Rindu bersemayam sandingi penantian...
Lelah melangkah sendiri arungi segenap mimpi... Berharap kau ada di tepi pencarian...”
Aku mendadak memandang sosok berkacamata yang
tengah beradu mulut dengan Cakra. Seriously?
Kalimat cinta ini keluar dari otaknya Gema?
Kubaca lembaran lainnya, menemukan deretan lain
lirik lagu Gema, yang juga bercerita tentang rindu.
“Hey,
malam... Bolehkah aku sekejap terlena... Akan satu percik yang kusadar maya...
Meski tersadar ingin jadikannya nyata...”
Kuletakkan kertas-kertas itu di atas meja. Aku
memang bukan tipe yang mudah terbuai oleh kata-kata manis, namun entah mengapa
membaca tulisan Gema membuatku bertanya, siapa gerangan gadis beruntung yang
suatu saat akan menerima limpahan kata-kata itu.
* * * * *
No comments:
Post a Comment