Have you ever searched for words to get you in their heart.. But you don’t know what to say..
And you don’t know where to start.. Have you ever closed your eyes and dreamed that they were there..
And all you can do is wait for that day when they will care..

Monday 13 October 2014

Disney's Quote













Stages of Death - Livor Mortis



*sebagai efek dari kebanyakan nonton TV series detektif, mulai dari CSI:NY, Body of Proof, 
Bones, Castle, CSI, NCIS, sampai Meitantei Conan*







Livor mortis berasal dari bahasa latin livor : warna kebiruan, dan mortis : kematian. Livor mortis, juga dikenal sebagai hipostasis, adalah berkumpulnya darah di bagian tertentu tubuh setelah kematian, menyebabkan munculnya warna merah keunguan pada kulit, yang juga disebut sebagai 'lividitas'. 

Berkumpulnya darah disebabkan karena jantung tak lagi membuat darah mengalir, dan sel darah merah yang berat tenggelam di antara serum karena gaya gravitasi. Intensitas warna tergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah. Saat dinding pembuluh menjadi permeabel akibat dekomposisi, darah mengalir melaluinya dan menodai jaringan. Inilah alasan terjadinya hipostasis.

Darah akan berpindah ke titik terendah tubuh yang dapat dilalui. Sebagai contoh, bila korban dalam posisi tergantung, warna kebiruan akan muncul pada kaki, ujung-ujung jari dan daun telinga. Jika tubuh ditemukan dalam posisi terlentang, kebiruan akan ditemukan pada daerah tubuh yang menyentuh tanah.





Darah mulai berkumpul sesaat setelah kematian dan terlihat dalam 2 jam. Setelah dua jam pertama, kulit akan terlihat kebiruan dan tampak kusam. Setelah lima atau enam jam, bercak-bercak menyatu dan kulit akan berubah warna menjadi putih bila ditekan. Setelah 10-12 jam, warna biru kehitaman akan tetap bahkan ketika ditekan.

Penting untuk dicatat bahwa proses lividitas mulai bekerja dalam 30 menit setelah jantung berhenti bekerja dan dapat bertahan sampai 12 jam. Hanya dalam 6 jam pertama kematian tanda kebiruan pada tubuh dapat diubah dengan cara memindahkan tubuh. Setelah 6 jam, kebiruan pada tubuh bertahan karena pembuluh darah mulai hancur dalam tubuh.

Racun tertentu dapat membuat perubahan warna muncul dengan warna yang berbeda. Karbon monoksida, sebagai contohnya, akan mengubah kulit menjadi warna pink cherry.


Koroner dapat menggunakan keberadaan atau ketiadaan livor mortis sebagai alasan penentuan waktu kematian yang tepat. Ini juga dapat digunakan oleh investigator forensik untuk menentukan apakah tubuh tersebut dipindahkan atau tidak - singkatnya, jika tubuh ditemukan tengkurap namun pengumpulan darah muncul pada punggung mayat, investigator dapat menyimpulkan bahwa posisi tubuh semula adalah terlentang.




* dari berbagai sumber


Stages of Death - Rigor Mortis



*sebagai efek dari kebanyakan nonton TV series detektif, mulai dari CSI:NY, Body of Proof, 
Bones, Castle, CSI, NCIS, sampai Meitantei Conan*






Rigor mortis berasal dari bahasa latin rigor : kekakuan, mortis : kematian, adalah tanda kematian yang paling mudah terlihat, disebabkan oleh perubahan kimia dalam tulang setelah kematian, menyebabkan anggota tubuh mayat menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan atau dimanipulasi. Pada manusia, ini terjadi setelah sekitar 3-4 jam, mencapai kekakuan maksimal setelah 12 jam, dan secara bertahap menghilang dari sekitar 24 jam setelah kematian.





Biokimia

Sel otot hidup menggunakan energi untuk memindahkan ion kalsium keluar sel. Ion kalsium yang mengalir ke dalam sel membuat jembatan sambung antara aktin dan miosin, dua tipe serabut yang bekerja bersama pada kontraksi otot. Serabut otot memendek dan memendek sampai mereka berkontraksi sempurna atau selama terdapat asetilkolin neurotransmitter dan molekul energi ATP. Namun, otot memerlukan ATP untuk membuatnya relaks dari keadaan kontraksi (ini digunakan untuk memompa kalsium keluar dari sel sehingga serabut otot dapat terlepas satu sama lainnya). Setelah kematian, pernafasan berhenti dan meniadakan oksigen pada mayat yang digunakan dalam pembuatan ATP. Cadangan ATP dengan cepat habis karena kontraksi otot dan proses sel lainnya, dan ini berarti bahwa serabut aktin dan miosin akan tetap terhubung sampai otot tersebut mulai hancur (terdekomposisi).

Tidak seperti kontraksi otot normal, setelah kematian tubuh tidak mampu menyelesaikan siklus dan melepaskan pengikatan antara miosin dan aktin, menciptakan tahapan kontraksi otot sampai hancurnya jaringan otot oleh enzim (endogen atau bakteri) selama dekomposisi. Sebagai bagian proses dekomposisi, kepala miosin diuraikan oleh enzim, menyebabkan kontraksi otot terlepas dan tubuh menjadi lemas.





Perubahan fisik

Pada saat kematian, kondisi yang disebut keadaan normal primer (primary flaccidity) terjadi. Selanjutnya, otot menjadi kaku pada tahap rigor mortis. Hal ini terjadi pada semua otot tubuh. Berawal pada 2-6 jam setelah kematian, rigor mortis dimulai dengan otot tubuh yang lebih kecil seperti kelopak mata, leher, jari dan rahang. Rigor mortis kemudian menyebar ke otot lain dalam waktu 4-6 jam, termasuk organ internal. Permulaan rigor mortis dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kondisi fisik, dan pembentukan otot dari seseorang. Rigor mortis mungkin tidak terlihat jelas pada kebanyakan mayat bayi dan anak-anak akibat dari massa otot mereka yang lebih kecil.


Aplikasi pada patologi forensik


Tingkatan rigor mortis dapat digunakan oleh patologi forensik untuk menentukan perkiraan waktu kematian. Mayat mempertahankan posisinya saat rigor mortis terjadi. Jika tubuh dipindahkan setelah kematian, namun sebelum rigor mortis terjadi, teknik forensik seperti livor mortis dapat diterapkan. Jika posisi saat tubuh ditemukan tidak sesuai dengan lokasi ketika ditemukan (sebagai contoh, jika mayat terlentang dengan satu tangan terangkat ke atas), itu dapat diartikan bahwa seseorang telah memindahkannya. Beberapa faktor juga mempengaruhi kecepatan dari rigor mortis, dan investigator mempertimbangkannya ketika memperkirakan waktu kematian.






*dari berbagai sumber



Saturday 4 October 2014

Antibiotik Betalaktam



Well, udah hampir 7 tahun bekerja di industri yang memproduksi antibiotik betalaktam, tapi nggak pernah sekalipun menulis tentang hal itu.. jadi sekarang mau review sedikit aja tentang apa sih antibiotik betalaktam tuh.. 




BETALAKTAM

Cincin betalaktam adalah cincin laktam dengan struktur cincin heteroatom, terdiri dari 3 atom karbon dan 1 atom nitrogen. Laktam sendiri merupakan cincin amida. Dinamakan demikian karena atom nitrogen menempel pada karbon beta terhadap karbonil.






Antibiotik Betalaktam
Antibiotik betalaktam adalah antibiotik dengan jangkauan luas, terdiri dari semua antibiotik yang mengandung cincin betalaktam pada struktur molekulnya. Ini termasuk turunan penisilin (penam), sefalosporin (cephem), monobaktam, dan karbapenem.





Kebanyakan antibiotik betalaktam bekerja dengan cara menghambat biosintesis dinding sel pada bakteri dan merupakan kelompok antibiotik dengan jangkauan paling luas.
Bakteri seringkali membentuk resistensi terhadap antibiotik betalaktam dengan jalan mensintesis beta-laktamase, suatu enzim yang menyerang cincin betalaktam. Untuk menghindari resistensi, antibiotik betalaktam seringkali diberikan dengan penghambat beta-laktamase seperti misalnya asam klavulanat.

Pengobatan

Antibiotik betalaktam diindikasikan untuk profilaksis (pencegahan penyakit) dan pengobatan infeksi bakteri yang disebabkan oleh organisme yang peka. Pada awalnya, antibiotik betalaktam utamanya aktif hanya melawan bakteri gram positif, namun penelitian terakhir terhadap antibiotik betalaktam spektrum luas aktif melawan berbagai organisme gram negatif telah meningkatkan kegunaannya.


Efek Samping

       ●Reaksi Efek Samping
Reaksi obat merugikan yang umum terjadi untuk antibiotik betalaktam antara lain diare, mual, ruam kulit, urticaria, superinfeksi (termasuk kandidiasis). Reaksi obat merugikan yang jarang terjadi termasuk demam, muntah-muntah, erithema, dermatitis, angioedema (pembengkakan), diare yang disebabkan bakteri.

Nyeri dan pembengkakan pada tempat suntikan juga umum terjadi pada pemberian antibiotik betalaktam secara parenteral.



●Alergi/Hipersensitif

Reaksi merugikan secara imunologi terhadap antibiotik betalaktam apapun dapat terjadi pada sampai 10% pasien yang menerima obat tersebut. Anafilaksis (reaksi alergi yang serius dan terjadi dengan cepat) kemungkinan terjadi pada sekitar 0.01% pasien. Terdapat kemungkinan 5-10% sensitifitas silang antara turunan penisilin, sefalosporin, dan karbapenem; namun jumlah ini masih diamati oleh berbagai peneliti. Meskipun demikian, resiko reaktifitas silang cukup sebagai kontraindikasi terhadap semua antibiotik betalaktam pada pasien dengan riwayat reaksi alergi parah (urticaria, anafilaksis, pembengkakan ginjal) terhadap antibiotik betalaktam apapun.


Modus aksi

Antibiotik betalaktam bersifat bakteriosida (senyawa yang dapat membunuh bakteri), dan bertindak dengan cara menghambat sintesis lapisan peptidoglikan dari dinding sel bakteri. Lapisan peptidoglikan penting untuk ketahanan struktur dinding sel, terutama pada organisme gram positif, menjadi komponen dinding yang paling luar dan paling utama. Tahapan akhir transpepsidasi pada sintesis peptidoglikan difasilitasi oleh DD-transpeptidase yang merupakan protein pengikat penisilin (PBP). Protein ini bervariasi dalam kemampuannya mengikat penisilin atau antibiotik betalaktam lainnya. Jumlah protein ini bervariasi untuk setiap jenis bakteri.
Antibiotik betalaktam merupakan analog dari D-alanyl-D-alanine - ujung residu asam amino pada subunit prekursor NAM/NAG-peptida dari lapisan peptidoglikan yang baru terbentuk. Kesamaan struktur antara antibiotik betalaktam dan D-alanyl-D-alanine memfasilitasi pengikatan mereka pada daerah aktif PBP. Nukleus betalaktam dari molekul terikat secara irreversibel pada residu Ser403 dari daerah aktif PBP. Penghambatan irreversibel dari PBP mencegah penggabungan (transpeptidasi) dari lapisan peptidoglikan yang baru terbentuk, menghancurkan sintesis dinding sel.


Potensi

Dua struktur yang terdapat pada antibiotik betalaktam telah dihubungkan dengan potensi antibiotiknya. Yang pertama dikenal sebagai "parameter Woodward", h, merupakan ketinggian (dalam angstroms) dari piramida yang dibentuk oleh atom nitrogen betalaktam sebagai sumbu dan tiga atom karbon yang berhubungan sebagai dasarnya. Yang kedua disebut "parameter Cohen", c, merupakan jarak antara atom karbon dari karboksilat dan atom oksigen dari karbonil betalaktam. Jarak ini diperkirakan berhubungan dengan jarak antara daerah pengikatan karboksilat dan lubang oksianion dari enzim PBP. Antibiotik paling baik adalah antibiotik dengan nilai h lebih tinggi (lebih reaktif terhadap hidrolisis) dan nilai c lebih rendah (terikat lebih baik pada PBP).



Modus Resistensi

Secara definisi, semua antibiotik betalaktam memiliki cincin betalaktam pada strukturnya. Efektivitas dari antibiotik ini bergantung pada kemampuan mereka untuk mencapai PBP secara utuh dan kemampuan untuk terikat pada PBP. Oleh karena itu, terdapat dua modus utama resistensi bakteri pada betalaktam :


●Hidrolisis Enzimatik dari Cincin Betalaktam

Karena populernya antibiotik betalaktam, bakteri tertentu mampu mengembangkan tindakan terhadap terapi obat secara tradisional. Suatu enzim yang disebut beta-laktamase ada dalam berbagai tipe bakteri, yang berfungsi untuk 'memecah' cincin betalaktam, dan secara efektif meniadakan efektifitas antibiotik. Sebagai contoh adalah enzim NDM-1 yang ditemukan tahun 2009.
Jika bakteri menghasilkan enzim betalaktamase atau enzim penisilinase, enzim akan menghidrolisa cincin betalaktam dari antibiotik, menyebabkan antibiotik menjadi tidak efektif. Gen yang mengkode enzim ini mungkin melekat pada kromosom bakteri atau mungkin diperoleh melalui transfer plasmid, dan pengeluaran gen beta-laktamase dapat diinduksi oleh keberadaan betalaktam.
Produksi beta-laktamase oleh bakteri tidak meniadakan pilihan pengobatan dengan antibiotik betalaktam. Dalam beberapa hal, antibiotik betalaktam dapat diberikan bersamaan dengan penghambat beta-laktamase. Sebagai contoh, Augmentin (FGP) dibuat dari amoksisilin, sebuah antibiotik betalaktam, dan asam klavulanat, penghambat beta-laktamase. Asam klavulanat didesain untuk menutupi semua enzim beta-laktamase, terikat secara irreversibel, dan secara efektif berperan sebagai antagonis sehingga amoksisilin tidak dipengaruhi oleh enzim beta-laktamase.
Bagaimanapun, pada semua kasus dimana infeksi diduga oleh bakteri penghasil beta-laktamase, pilihan untuk antibiotik betalaktam yang sesuai harus dipertimbangkan secara hati-hati sebagai pengobatannya. Di sisi lain, pemilihan terapi antibiotik betalaktam yang tepat adalah yang paling penting untuk melawan organisme yang dapat menghasilkan beta-laktamase. Jika produksi beta-laktamase dapat diinduksi, maka kegagalan penggunaan terapi antibiotik yang paling tepat pada pengobatan awal dapat menyebabkan induksi produksi beta-laktamase, yang selanjutnya akan membuat pengobatan dengan antibiotik betalaktam lainnya menjadi lebih sulit.


●Memiliki Protein Pengganti untuk PBP

Sebagai respon terhadap peningkatan kemanjuran betalaktam, beberapa bakteri telah mengubah protein dimana antibiotik betalaktam akan terikat. Betalaktam tidak dapat terikat secara efektif pada protein pengganti ini, dan sebagai hasilnya, betalaktam akan kurang efektif dalam menghancurkan sintesis dinding sel. Contoh jelas dari modus resistensi ini termasuk methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan penicillin-resistant Streptococcus pneumoniae. Namun PBP pengganti tidak menghapuskan semua pilihan pengobatan dengan antibiotik betalaktam.






* Dari berbagai sumber





Saturday 13 September 2014

Dengar Bisikku - The Rain








kadang aku berpikir
dapatkah kita terus coba
mendayung perahu kita
menyatukan ingin kita

sedang selalu saja
khilaf yang kecil mengusik
bagai angin berhembus kencang
goyahkan kaki kita

genggam tanganku jangan bimbang
tak usahlah lagi dikenang
naif diri yang pernah datang
jadikan pelajaran, sayang
dengar bisikanku, oh dinda
coba lapangkan dada kita
terima aku apa adanya
jujur hati yang kita jaga

mengapa selalu saja
khilaf yang kecil mengusik
bagai ombak yang besar
goyahkan kaki kita

genggam tanganku jangan bimbang
tak usahlah lagi dikenang
naif diri yang pernah datang
jadikan pelajaran, sayang
dengar bisikanku, oh dinda
coba lapangkan dada kita
terima aku apa adanya
jujur hati yang kita jaga

bila gundahmu tak menghilang
hentikan dulu dayung kita
bila kau ingin lupakan aku
ku tak tahu apalah daya



Tuesday 2 September 2014

Four Horsemen of the Apocalypse





Berawal gara-gara nonton Sleepy Hollow the series yang ngebahas tentang four horsemen of apocalypse, jadi penasaran juga tentang hal-hal itu.. akhirnya sedikit browsing deh..


Illustration by John Steele


Four Horsemen of the Apocalypse atau 4 penunggang kuda pembawa kiamat adalah simbol dari kejadian yang berbeda dimana terjadi pada akhir dunia, terdiri dari penaklukan (conquest) yang menunggang kuda putih, perang (war) yang menunggang kuda merah, kelaparan (famine) dengan kuda hitam,dan kematian (death) dengan kuda berwarna pucat (pale).



Penunggang pertama juga disebut Pestilence, dan dihubungkan dengan penyakit menular atau wabah. Ia mengayunkan busurnya untuk menyebarkan wabah penyakit. Di punggungnya bergetar kuningan yang diisi dengan panah beracun berisi kuman segala penyakit. Ia juga mengenakan mahkota, dan menunggangi kudanya seperti layaknya penakluk yang menguasai daerah taklukannya.



Penunggang kedua seringkali mewakili perang atau pembunuhan besar-besaran. Kudanya berwarna merah. Warna ini, juga penunggang yang menggenggam pedang, menandakan pertumpahan darah. Ia diberi kekuasaan untuk mengambil kedamaian dari bumi dan membuat manusia membunuh manusia lainnya. Penunggang kedua biasanya dihubungkan dengan perang sipil sebagai kebalikan dari perang penaklukan yang dibawa oleh penunggang pertama.



Penunggang ketiga mengendarai kuda hitam dan dikenal sebagai kelaparan. Sebagaimana ia membawa timbangan, ia menunjukkan bagaimana roti ditimbang pada masa-masa kelaparan. Masa ini ditandai oleh harga beras yang sepuluh kali normal sehingga pekerja berjuang untuk memberi makan keluarga mereka. Penunggang ketiga menunjukkan pada kelaparan besar yang terjadi, biasanya sebagai dampak perang yang dihasilkan penunggang kedua.




Penunggang keempat dan terakhir dinamakan kematian. Dikenal sebagai 'the pale rider' di antara penunggang lainnya. Tidak seperti penunggang lainnya, dia tidak digambarkan membawa senjata atau benda lainnya, namun ia diikuti oleh Hades (tempat beristirahat orang-orang yang telah mati). Penunggang keempat merupakan kombinasi dari penunggang lainnya. Ia akan membawa peperangan lebih lanjut dan kelaparan dahsyat beserta penyakit dan wabah mengerikan.



Illustration by Sebastian Giacobino



dari berbagai sumber



Saturday 14 June 2014

Sugar Afternoon - Chapter 3





“Hei, Naia, kau kerja sore ini?” Yoga menyapa saat aku memasuki area Rendez-Vous. “Iya, aku tukeran shift sama Carissa,” kataku. “Rendez-Vous rame nggak sih kalau Sabtu malam?”
“Sabtu malam atau malam Minggu?” goda Yoga.
“Lho, emang beda? Bukannya sama aja ya?”
“Beda dong. Sabtu malam itu istilah yang biasanya dipakai kaum jomblo, mungkin sebagai salah satu upaya penyangkalan. Soalnya kalau pake istilah malam minggu, kerasa banget mirisnya jadi jomblo,” penjelasan Yoga berhasil membuahkan cubitan-cubitan kecilku di lengannya. “Idih, kalau protes berarti ngerasa,” sambung Yoga. ”Enak aja. Aku bukan jomblo miris tau. Aku single bahagia,” aku mencibir.
“Mana ada single bahagia tapi tiap kerja sore sibuk ngeliat ke luar jendela sambil manyun.” Ucapan Yoga langsung membuatku terdiam. Kualihkan perhatianku pada setumpuk gummy candies berbentuk beruang di dekat meja kasir. “Eh, Naia, sorry. Aku nggak maksud,” Yoga terlihat salah tingkah.
“Nggak. Nggak apa-apa kok,” aku menggeleng pelan. “Emang segitu kelihatannya ya?”
“Soalnya jarang-jarang wajah kamu gloomy. Biasanya kan haha-hehe gangguin orang sampai bikin sebel,” Yoga menepuk pelan bahuku. “If you have any problem, just tell us. Bukan aku juga nggak apa-apa. They all are so worry about you.”
“Ahaha, bukan masalah besar kok, Ga. Hanya cinta sepihak. Dia datang tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba. Dan aku ternyata kehilangan.”
“Siapa sih?” Yoga duduk di sebelahku dengan wajah rumpinya. “Yoga rumpi ih!” aku melempar segenggam gummy candies ke arah Yoga sambil tertawa. “Argh! Naia! Ini permen mahal tau!” protes Yoga.
“Bodo!” aku berlari menjauhi Yoga ketika terdengar denting lonceng pintu, menandakan tamu datang. Kuambil setumpuk menu dan bergegas menyambut.
“Selamat sore. Selamat datang di Rendez-Vous,” sapaku pada sekumpulan pemuda. “Untuk berapa orang ya, mas?”
“Eh, kita berapa orang sih?” pemuda paling depan bertanya ke belakangnya.
“Sepuluh orang,” salah satu temannya yang tengah sibuk dengan hp menjawab, lalu mengangkat kepalanya. “Eh? Kok?” wajahnya terlihat terkejut saat melihatku. Ada apa sih? Aku nggak kenal mereka kok, meskipun selintas mereka terasa familiar.
“Ares!” pemuda itu berteriak ke arah luar setelah mampu menangani rasa terkejutnya. Tak lama kemudian seseorang melangkah masuk. Seseorang yang sama sekali tak kuduga.
Sang malaikat senja.
Ia berdiri di hadapanku, dengan ekspresi terkejutnya, dengan wajah kemerahannya, dan dengan keributan teman-temannya. “Hush! Dewasa dong!” dia menegur pelan teman-temannya.
“Ciee, muka lo merah banget, Res!” goda salah satu temannya. “Mbak, tau nggak? Ares ini suka merhatiin kalau mbak lagi duduk di kursi luar Rendez-Vous, tiap kita main sepakbola,” sambungnya padaku, membuahkan pelototan dari Ares.
“Kenalan gih, kesempatan nggak selalu datang dua kali lho!” komentar temannya yang lain, sebelum mereka ‘berinisiatif’ memilih sendiri tempat duduk, dan meninggalkan kami hanya berdua.
“Sorry ya, teman-teman aku. Dih, bocah banget sih!” kata Ares pelan padaku. Aku hanya bisa menanggapi dengan anggukan, masih mencerna semua informasi yang secara mendadak masuk ke otakku. Setelah beberapa detik hening, kuputuskan untuk menyerahkan buku menu pada teman-temannya ketika tiba-tiba dia bersuara. “Tapi, boleh kenalan? Aku Ares, semester 5 desain produk.”
“Ah, Naia. Sastra Jepang. Semester 5 juga.”

* * * * *

Tuhan, malaikat senja itu ternyata berkenan untuk singgah dalam hati. Ia tak lagi tak bernama. Dan ia kini berada dalam gapaian.







Sugar Afternoon - Chapter 2




Jumat, 11 Mei
Hari ini dia tidak ada di lapangan, padahal sang Pencipta telah berbaik hati tak menurunkan lagi hujan. Permainan sepakbola itu tetap ada, hanya saja bukan dia yang berdiri menghalang gawang. 30 menit aku menanti, dan harapan itu musnah. Yang tersisa hanya seribu tanya, ke mana dia ? ada apa dengannya? Mengapa menghilang? Dan saat seperti inilah aku menyesali diamku, karena pertanyaan itu takkan menemukan jawabnya.

“Hey, Naia. Ada apa sih dari tadi lihat keluar jendela terus?” Angga, waiter yang juga bekerja part-time di rendez-Vous, menepuk bahuku. Aku segera mengalihkan perhatianku sambil tersenyum. Huff, tanpa sadar hati ini terus berharap ada keajaiban kecil, tiba-tiba menemukannya di tengah lapangan seperti biasa.
“Nggak apa-apa. Cuma khawatir hujan aja, soalnya aku lupa bawa payung,” elakku.
“Yaelah, khawatir hujan aja mukanya udah kayak lagi patah hati. Cuma air jatuh dari langit juga,” Angga berkomentar santai sambil membereskan meja di dekatku.
Kujatuhkan pandanganku sekali lagi ke arah lapangan, sebelum bergerak menjauh dari jendela dan membantu Angga. “Heh, emang muka orang lagi patah hati kayak gimana?”
“Ya kayak kamu sekarang. Manyun terus, kusut, kayak mau nangis.”
“Ngarang ah,” aku menyikut Angga. Iya, Angga pasti ngarang. Nggak mungkin lah aku patah hati, kenal dia aja nggak. Iya kan?

* * * * *

Rabu, 16 Mei
Where are you??
Lagi-lagi seseorang yang lain yang berdiri di gawangnya. Dan lagi-lagi akan kuhabiskan sisa hari dengan siksaan pertanyaan.
Tuhan, memang terlarangkah? Sehingga kau ambil dia dari tatapanku?

* * * * *

Hey, Naia, can I talk to you for a min?” Carissa menghampiri aku saat aku bersiap-siap untuk pulang. “Sure. What’s up?” tanyaku.
“Aku bisa tukeran shift kerja denganmu akhir minggu ini nggak? I have mid-test this Saturday,” kata Carissa.
No prob. So, kau akan kerja Jumat sore, dan aku Sabtu sore?”
Yup. Seriously you don’t mind with that?” Carissa memastikan. “Easy, Sa. Aku libur kok hari Sabtu. Dan mengingat setiap weekend jalanan di kota kita tercinta selalu macet mampus, aku tak pernah punya rencana apa-apa,” aku menepuk bahu Carissa.
Thank you, Naia,” Carissa memelukku.
Yup. No prob. Hanya satu kali lagi absen menatap malaikat senja itu. Toh dia juga mungkin tidak akan pernah lagi muncul di lapangan itu.





Sugar Afternoon - Chapter 1




Rabu, 2 Mei
Setengah jam sebelum shift kerjaku di Rendez-Vous dimulai, dan lagi-lagi aku terduduk di kursi terluarnya. Menatap lapangan sepakbola fakultas desain. Menatap satu sosok kiper yang entah sejak kapan pastinya mulai memenjarakan pandanganku. Ia selalu tampak berkilau, menantang teriknya sinar mentari sore. Matanya selalu fokus pada aliran gerak bola, tak memperdulikan kerumunan gadis yang berteriak dari dekat. Satu sisi hatiku bersyukur bahwa mereka tak berhasil menarik perhatiannya. Sisi lain berharap aku dapat berada di sana, sekedar untuk mengetahui siapa namanya. Duh, Tuhan, aku jatuh hati pada satu malaikat senja tak bernama, entah karena apa, dan entah sejak kapan cerita ini bermula.

Tulisanku terhenti ketika sebuah tendangan jarak jauh berhasil ditepisnya, dan dia langsung melompat kegirangan, menyambut tepukan selamat dari teman-teman satu timnya. Ha, orang gila mana yang nekat main sepakbola dengan mengenakan kemeja putih, batinku. Namun, lebih gila lagi satu jiwa yang bisa jatuh hati pada seseorang tanpa mengenalnya.
“Naia,” panggilan seseorang menghentikan lamunanku. Aku menoleh dan mendapati Anthony berdiri di pintu karyawan – yang letaknya dekat dengan tempatku duduk. “Sebentar lagi shift-mu dimulai. Sebaiknya kan segera masuk dan bersiap-siap,” Anthony mengetuk jam tangannya pelan, lalu menghilang kembali ke balik pintu.
Aku menghela nafas panjang dan menutup buku catatanku. Menatap ke arah lapangan sepakbola sebelum akhirnya berdiri dan menyusul Anthony.

* * * * *

Jumat, 4 Mei
Hari ini aku kembali datang lebih awal, menikmati setengah jam sendiriku di kursi terluar Rendez-Vous, menatap lapangan sepakbola. Mungkin sekitar 2 bulan yang lalu kali pertama aku melihatnya, saat aku memutuskan mengerjakan tugas presentasiku di Rendez-Vous, dan berharap suasana sore yang segar di antara rimbun pepohonan dapat mengalirkan banyak ide ke dalam otak. Ide yang langsung membeku ketika pandanganku jatuh pada sosoknya. Dan sejak itu, sejauh apapun dia berada, sebanyak apapun orang berkerumun di dekatnya, mata ini dapat menemukannya dalam sekejap. Dan sejak itu pula aku selalu menghitung hari, hari di mana aku bisa duduk di kursi ini, dan dia berada di lapangan itu.

Ah, tawa itu terlahir lagi ketika ia berhasil menahan laju bola. Kututup buku catatanku, untuk menghabiskan menit-menit terakhirku memperhatikan tingkah lakunya, sebelum Anthony memanggilku untuk bersiap-siap.

* * * * *

Rabu, 9 Mei
Hari ini mendung datang tiba-tiba, membawa serta kilatan petir yang membuat permainan sepakbola itu terhenti lebih cepat. Ia segera berlari kembali ke gedung kuliahnya dan menghilang. Duh, Tuhan, mengapa harus kau hadirkan hujan hari ini? Meniadakan kesempatanku yang hanya sedikit untuk mengagumi dia. Terlarangkah menyukai seorang malaikat? Meski aku tak bersuara? Meski hanya menatapnya dari jauh? Jika sedari awal memang aku tak berhak, mengapa kau lahirkan rasa ini dalam hati?


“Ah, hujan sialan,” aku menggerutu ketika tetes demi tetes air mulai jatuh dari langit. Kulirik jam tanganku, masih 20 menit lagi sampai shift kerjaku dimulai. Kukeluarkan novel dari dalam tas dan memutuskan untuk meneruskan bacaanku, meski sesekali kulirik lapangan sepakbola, berharap sedikit keajaiban memihak padaku. Namun ternyata tidak.