Have you ever searched for words to get you in their heart.. But you don’t know what to say..
And you don’t know where to start.. Have you ever closed your eyes and dreamed that they were there..
And all you can do is wait for that day when they will care..

Thursday 21 January 2016

The Forest – Aokigahara Jukai







11 hari yang lalu, aku nonton film The Forest
Film dengan genre horor ini berlatar belakang hutan Aokigahara di Jepang – hutan yang dikenal sebagai tempat bunuh diri yang terkenal di negara itu. Well, gara-gara nonton film itu, jadi penasaran sih dengan hutan Aokigahara – atau yang lebih dikenal dengan nama Aokigahara Jukai (Sea of Trees) – yang letaknya di salah satu kaki gunung Fuji. Dan akhirnya jadilah browsing sana sini.



Mount Fuji

Gunung Fuji adalah ciri khas dari geografi Jepang. Gunung itu berdiri 3.776,24 m (12.389 kaki) dan terletak dekat pantai Pasifik dari pulau Honshu tengah, di barat Tokyo. Gunung ini melintasi batas prefektur Shizuoka dan Yamanashi. Tiga kota kecil yang mengelilinginya : Gotemba ke timur, Fujiyoshida ke utara, dan Fujinomiya ke barat daya. Gunung ini juga dikelilingi oleh lima danau : Danau Kawaguchi, Danau Yamanaka, Danau Sai, Danau Motosu, dan Danau Shoji. Kelima danau ini, dan Danau Ashi yang berada di dekatnya, memberikan pemandangan yang sangat bagus dari gunung Fuji. Gunung ini dapat dilihat secara kejauhan dari Yokohama, Tokyo, dan kadang-kadang sejauh Chiba, Saitama, Tochigi, dan Danau Hamana ketika langit jernih. Terutama di musim dingin, gunung ini dapat dilihat dari Shinkansen sampai mencapai stasiun Utsunomiya.
(wikipedia.org)


















Aokigahara Jukai

Aokigahara adalah hutan yang terletak di dasar Gunung Fuji, kurang dari 100 mil sebelah barat Tokyo. Secara lokal, juga dikenal dengan nama Jukai ("Sea of Trees") karena kepadatan yang sangat tinggi dari pohon-pohon di sana. Sangat dicari oleh wisatawan karena terdapat dua gua yang terletak di di sana : Gua Es dan Gua Angin.

Hutan ini adalah hutan yang unik dalam banyak hal; nyaris tidak ada satwa liar apapun di dalamnya sehingga sangat sepi. Namun, ketenangan ini menyembunyikan sisi yang lebih mengerikan dari itu dikarenakan Aokigahara adalah tempat bunuh diri nomor satu di Jepang.

Ketenangannya telah menarik orang untuk berpikiran bahwa hutan itu berhantu, dan banyak orang Jepang yang tidak akan berani masuk hutan tersebut. Hal ini mengakibatkan lahirnya lebih banyak lagi mitos seputar Aokigahara.

Disebut "tempat yang sempurna untuk mati," hutan Aokigahara memiliki keistimewaan yang tidak menyenangkan sebagai tempat kedua yang paling populer di dunia untuk mengambil kehidupan seseorang – yang pertama adalah Jembatan Golden Gate. Sejak tahun 1950-an, pengusaha Jepang telah berjalan memasuki hutan tersebut, dan setidaknya 500 dari mereka tidak keluar lagi, dengan laju peningkatan antara 10 dan 30 per tahun. Baru-baru ini angka tersebut telah meningkat lebih banyak lagi, dengan catatan 78 kasus bunuh diri pada tahun 2002.

Spiritualis Jepang percaya bahwa bunuh diri yang dilakukan di hutan telah meresap ke dalam pohon-pohon Aokigahara, menghasilkan aktivitas paranormal dan mencegah banyak orang yang telah masuk untuk melarikan diri dari kedalaman hutan. Yang juga memperumit adalah kejadian umum bahwa kompas menjadi tidak dapat digunakan di hutan tersebut dikarenakan oleh endapan besi magnetik dalam tanah vulkanik di daerah itu.

Karena luasnya hutan, pengunjung yang putus asa tidak memungkinkan untuk menemukan siapa pun di dalam hutan yang disebut "Sea of Trees" tersebut, oleh karena itu polisi telah memasang tanda-tanda bertuliskan "Hidup Anda adalah hadiah berharga dari orang tua Anda" dan "Silakan berkonsultasi dengan polisi sebelum Anda memutuskan untuk mati!" di pohon-pohon di seluruh hutan tersebut.

Namun hal ini tidak menghalangi orang-orang yang bertekad untuk melakukan bunuh diri di hutan ini. Setiap tahunnya sekitar 70 mayat ditemukan oleh relawan yang membersihkan hutan, namun banyak yang selamanya hilang di dalam hutan sangat lebat ini. Pemerintah Jepang menutupi informasi mengenai jumlah pasti yang bunuh diri agar tidak membuat tempat itu menjadi lebih populer.

Pada beberapa yang tidak yakin apakah mereka siap untuk mati, mereka sering mengulurkan pita di belakang mereka, menggunakannya seperti penunjuk arah untuk membimbing mereka kembali ke tempat yang aman. Dalam kebanyakan kasus jika Anda mengikuti pita, Anda akan menemukan sesuatu di akhirnya. Entah Anda menemukan mayat atau Anda menemukan jejak bahwa seseorang pernah ada di sana.

Penduduk setempat mengatakan mereka dapat dengan mudah menentukan tiga jenis pengunjung yang datang ke hutan : petualang yang tertarik dengan pemandangan indah Gunung Fuji, orang yang penasaran berharap untuk melihat sekilas hal-hal yang mengerikan, dan jiwa-jiwa yang tidak berencana untuk kembali.

Mereka yang berharap untuk mengakhiri hidup mereka mungkin tidak mempertimbangkan dampak bunuh diri terhadap penduduk setempat dan pekerja hutan. Dalam kata-kata seorang warga setempat, "Ini sangat mengganggu saya bahwa daerah itu terkenal sebagai tempat bunuh diri." Dan seorang petugas polisi setempat mengatakan, "Saya telah melihat banyak mayat yang telah benar-benar membusuk parah, atau telah diambil oleh binatang liar ... Tidak ada yang indah tentang mati di sana."

Para pekerja hutan merasa lebih buruk lagi daripada polisi. Para pekerja harus membawa mayat turun dari hutan ke pos lokal, di mana mayat diletakkan di ruangan khusus yang digunakan spesifik untuk menyimpan mayat bunuh diri. Para pekerja hutan kemudian bermain batu-kertas-gunting untuk mengetahui siapa yang harus tidur di ruangan bersama dengan mayat-mayat tersebut. Hal ini diyakini bahwa jika mayat dibiarkan saja, itu adalah nasib buruk bagi yūrei (hantu) dari korban bunuh diri tersebut. Roh mereka dikatakan akan berteriak sepanjang malam, dan tubuh mereka akan bergerak sendiri.

Tetapi bunuh diri hanyalah setengah dari cerita digambarkan dalam film The Forest; ada juga soal hantu. Ternyata, Aokigahara juga memiliki reputasi yang sangat tua sebagai salah satu tempat paling berhantu di Jepang. Hutan itu diyakini dihuni oleh yūrei - hantu Jepang. Menurut cerita rakyat Jepang, jiwa seseorang akan menjadi yūrei jika mereka mati dengan cara kekerasan atau dengan pikiran buruk di kepala mereka dan upacara pemakaman yang sesuai tidak dilakukan setelahnya. Kematian karena bunuh diri di Aokigahara Forest yang terisolasi memenuhi ketiga kriteria ini, sehingga tidak heran tempat ini dikatakan penuh dengan roh yang mengganggu.
(atlasobscura.com)(aokigaharaforest.com)(bustle.com)(dailymail.co.uk)


Dan dari hasil browsing baca-baca iseng tersebut, ada satu link yang menyebutkan beberapa novel fiksi horor dengan berlatar belakang hutan Aokigahara – dan salah satunya adalah Suicide Forest by Jeremy Bates. Dilihat dari review di Goodreads sih rata-rata bilang bagus. So, I searched its e-books version - karena versi ini seringkali lebih praktis.



And now, I’m in page 224 of 307. Berhubung udah nonton The Forest, jadinya lumayan kebayang seperti apa hutan tersebut, papan peringatannya, pita-pita yang melintang di antara pepohonan, dan seberapa padatnya pepohonan di hutan tersebut. Jadi lebih berasa horornya.





Saturday 2 January 2016

home-made ayam betutu



Bisa dibilang, salah satu lagu wajib aku kalau main ke Bali adalah makan ayam betutu. List paling pertama! 




Hari ini berhubung masih euforia tahun baru dimana waktunya bikin makanan yang abstrak, aku sama adik nyobain bikin ayam betutu - based on recipe we browse on the internet..


Resep :
1,5 ekor ayam kampung
10 siung bawang merah
5 siung bawang putih
10 butir kemiri sangrai  --  tapi aku sih nggak disangrai, males! :p
1/2 sendok teh terasi  --  nggak pake terasi, nggak doyan! :p
1 sendok teh ketumbar
1 sendok teh merica  -- atau sesuai selera :D
1/2 sendok teh pala
5 lembar daun jeruk
7 cm lengkuas
2 ruas kencur
7 cm jahe
7 cm kunyit dibakar  -- nggak dibakar juga, ribet! :p
1 sendok makan air asam jawa
7 buah cabe merah  --  atau sesuai selera
10 buah cabe rawit merah  -- atau sesuai selera
2 sendok makan garam  --  atau sesuai selera
2 sendok teh gula pasir
serai secukupnya  --  memarkan
air secukupnya


Prosedur :
(halah, kebanyakan bikin SOP bahasanya jadi prosedur :p )

1. Lengkuas, kencur, jahe, kunyit diparut.
2. Semua bahan sisanya (selain daun jeruk, serai, dan cabe merah) ditumbuk/diulek sampai halus.
3. Campurkan parutan no. 1 ke bumbu halus no. 2.
3. Potong ayam menjadi beberapa bagian. Lumuri dengan bumbu. Diamkan beberapa saat.
4. Masukkan ayam beserta seluruh bumbu ke dalam panci. Masukkan daun jeruk dan serai.
5. Tambahkan air hingga ayam terendam seluruhnya. 
6. Masak dengan api sedang sampai hingga air menyusut dan tertinggal sedikit.
7. Jika masih ragu dengan kematangan ayam, tambahkan air kembali dan masak hingga air menyusut.
8. Terakhir, masukkan cabe merah. Diamkan beberapa saat.
8. Ayam siap disajikan.


And this is it...




Dan setelah dicoba, rasanya kok agak beda ya.. yang ini bumbunya lebih kuat, dan pedasnya malah kurang terasa.. Tapi, enak lah.. 




Friday 1 January 2016

Happy New Year !





apa yang lebih menyenangkan dibandingkan membuka tahun yang baru dengan posting quote dari salah satu penulis favorit?

well, I won't write about my 2016 resolution stuff.. I don't even know what my resolution is.. 


but as the quote says, maybe I'll read more books and write more.. termasuk mulai aktif nge-blog lagi.. 
and maybe, just maybe, I will find someone wonderful to be kissed.. 




HAPPY NEW YEAR
2016